Cara menyiapkan makanan bayi (MPASI)

Makan pada bayi umumnya dimulai sejak usia 6 bulan untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal.

Waktu yang tepat untuk pemberian MPASI

WHO (World Health Organization) dan AAP (American Academy of Pediatrics) sepakat bahwa batasan yang digunakan untuk memperkenalkan makanan pendamping ASI atau makanan tambahan adalah 6 bulan. Pemberian MPASI tidak bisa terlalu cepat karena pengenalan MPASI terlalu dini berisiko meningkatkan alergi makanan, tersedak karena koordinasi motorik yang belum optimal, sulit diberi makan karena adanya refleks ekstrusi (mendorong lidah keluar ketika disentuh atau ditekan) yang biasa ada sampai dengan 4 bulan. Sebaliknya penundaan makanan tambahan di atas 6 bulan berisiko kurang gizi dan dan penolakan terhadap makanan padat.

Menu MPASI yang baik

Pada awal pengenalan makanan tambahan, bayi diperkenalkan satu jenis makanan setiap waktu makannya. AAP menganjurkan pemberian daging sesuai tekstur makanan lumat sebagai makanan yang pertama karena mengandung zat besi yang sangat dibutuhkan bayi. Alternatifnya juga bisa digunakan hati ayam. Meskipun daging baik dapat diberikan sejak umur 6-8 bulan, untuk awal dapat dicoba dari buah, bubur nasi, sayur-sayuran secara bertahap. Pengenalan bisa berlangsung 3-5 hari dan makanan mana yang pertama diberikan maupun urutannya bukan hal yang paling penting. Setelah pengenalan ini, dapat diberikan makanan lengkap yang sesuai dengan komposisi karbohidrat (kentang, nasi, jagung, dll), protein (daging, ikan, tempe, tahu, kacang merah, dll), lemak (minyak, keju bayi, mentega bayi), vitamin dan mineral dari buah-buahan dan sayuran. Protein hewani adalah yang terbaik karena mengandung zat besi yang tinggi. Zat besi ini sangat dibutuhkan bayi sehingga daging atau hati ayam dan sumber zat besi lainnya sebaiknya diberikan setiap hari. Konsumsi lemak pada bayi penting karena minimal 25% kebutuhan energi dipenuhi dari sini. Vitamin C berguna untuk membantu penyerapan zat besi. Memilih buah dan sayur berbagai warna dari merah, orange, kuning, akan memastikan bayi mendapat vitamin dan mineral yang cukup. Makanan tambahan sebaiknya tidak diberikan garam dan gula tambahan karena tidak meningkatkan akseptabilitas bayi terhadap makanan dan berisiko meningkatkan konsumsi gula dan garam kelak.

Serat untuk MPASI

Meskipun sayur-sayuran dan buah-buahan penting sebagai sumber serat pada anak namun pemberiannya pun tidak perlu berlebihan. Lima porsi sayur/buah sehari yang bisa diberikan dalam MPASI atau diselingi sebagai snack sebenernya sudah cukup. Bila terasa kurang dapat dipakai perhitungan (umur + 5) gram. Jadi pada anak 1 tahun kebutuhan serat sekitar (1 + 5) = 6 gram. 20 gram daun bayam sudah setara dengan kurang lebih 0,5 gram serat. Serat ini juga dapat ditambahkan dari sumber lain seperti oat, beras merah, kacang-kacangan, dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan adalah agar buah pada MPASI  jangan diberikan dengan cara jus karena akan menghancurkan serat-serat yang dibutuhkan. Bagaimana juga bila anak diberikan serat yang jauh di atas kebutuhan si kecil? Beberapa orangtua mengkhawatirkan anaknya tidak bisa BAB sehingga memberikan serat yang berlebih di atas kebutuhannya. Meskipun ini praktik yang wajar dan seringkali dilakukan, namun ESPGHAN (European Society for Paediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition) dan NASPGHAN (North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition) tidak menemukan bukti yang cukup bahwa penambahan serat ini berhubungan dengan perbaikan pola BAB.

Cara pemberian MPASI

Begitu bayi dapat menerima masing-masing makanan yang diperkenalkan di awal, maka menu lengkap sudah dapat diberikan. Makanan yang ditolak bayi perlu diperkenalkan kembali karena bayi membutuhkan sampai dengan 15x paparan untuk makanan baru. Menyusui bisa membantu pengenalan makanan baru ini karena rasa dari makanan ibu akan disalurkan juga lewat ASI. Tekstur makanan perlu ditambah bertahap menjadi lebih kasar untuk melatih kemampuan mengunyah dan menelan. Pada umur 8 bulan ketika bayi sudah bisa duduk sendiri, koordinasi mata dan tangan sudah baik untuk meraih makanan sendiri dan melepaskannya, maka bayi sudah dapat diberikan finger food. Hindari makanan yang mudah membuat tersedak seperti anggur, kacang, dll. Finger food penting untuk melatih kemandirian makan pada bayi dan anak. Kenali tanda lapar atau kenyang bayi, mengenali kemampuan makan anak, dan membantu bayi makan sendiri akan membuat proses makan yang lebih lancar. Pemberian makanan sebaiknya mengacu pada feeding rules.

Jadwal

Ada jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur, yaitu tiga kali makanan utama dan dua kali makanan kecil di antaranya. Susu dapat diberikan dua-tiga kali sehari.
Waktu makan tidak boleh lebih dari 30 menit.
Hanya boleh mengkonsumsi air putih di antara waktu makan.

Lingkungan

Lingkungan yang menyenangkan (tidak boleh ada paksaan untuk makan)
Tidak ada distraksi (mainan, televisi, perangkat permainan elektronik) saat makan
Jangan memberikan makanan sebagai hadiah

Prosedur

Dorong anak untuk makan sendiri
Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali makanan secara netral, yaitu tanpa membujuk ataupun memaksa.
Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhiri proses makan.

Tabel bentuk, frekuensi, dan jumlah MP-ASI sesuai tahapan usia

UsiaBentuk makananJumlah sehariJumlah SETIAP makan
6 bulan (pengenalan)
Makanan lumat2-3x sehari2-3 sendok makan dan perlahan bertambah Pengenalan bisa sd 1 minggu
6 - 9 bulan
Makanan lumat2-3x sehari2-3 sendok bertambah secara bertahap hingga mencapai 125 ml setiap kali makan
Makanan selingan1-2x sehari
9 - 12 bulanMakanan lembik3-4x sehariMulai dari 125 ml secara bertahap dinaikkan mencapai 200 ml setiap kali makan
Makanan selingan1-2x sehari
12 - 24 bulanMakanan keluarga3-4x sehari disertai selinganSekitar 200 ml

* Selama pemberian MPASI, lanjutkan pemberian ASI. Jika bayi tidak mendapat ASI karena alasan medis, dapat diberikan tambahan 500 ml susu per hari.

Referensi
1.Perinasia. Manajemen Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Jakarta. 2015.
2.Duryea TK. Introducing solid foods and vitamin and mineral supplementation during infancy. 2017 Jul 12. Available from https://www.uptodate.com/contents/introducing-solid-foods-and-vitamin-and-mineral-supplementation-during-infancy.
3.UKK Nutrisi IDAI. Rekomendasi praktik pemberian makan berbasis bukti pada bayi dan batita di Indonesia untuk mencegah malnutrisi. Jakarta. 2015
4. Tabbers MM, DiLorenzo C, Berger MY.Evaluation and Treatment of Functional Constipation in Infants and Children: Evidence-Based Recommendations From ESPGHAN and NASPGHAN. JPGN;58.2014